Kamis, 11 September 2014

Perempuan dan Trembesi

Perempuan dan Trembesi

      Apapun yang ada di hadapan kita, adalah perpustakaan. Bahkan seorang teman berkata, "Orang baru yang kita temui, adalah perpustkaan berjalan. Jadi, jangan batasi diri kita untuk berteman, dengan siapapun. Karena itu berarti kita membatasi diri kita untuk berkembang."  Awas kalau nggak setuju!
      Bicara tentang hal yang ada di hadapan kita, saya sedang mengagumi perbedaan antara bibit  Trembesi  dengan Pohon Trembesi. Dari kurus, cungkring, menjadi pohon yang tegap, dengan tajuk besar dan diameter yang sangat melebihi batang pohonnya.
     Baiklah, memang tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Tuhan menciptakan semua mahluk, dengan perpaduan antara hal yang baik dan tidak baik, di mata kita. Meski sejatinya, itulah kesempurnaan. Begitupun dengan Pohon Trembesi. Karena kekurangannya, muncul pro kontra ketika pohon ini terpilih sebagai pohon yang harus ditanam dalam program penghijauan. Mau tau, ada hubungan apa antara perempuan dan Trembesi? 
    Perkenalkan, sahabat kita ini memiliki banyak nama. Ki Hujan,  Monkey Pod, Pohon Hujan, Albizia Saman, Samanea Saman. Biar nggak susah-susah, kita sepakat panggil dia Trembesi, ya!
     Trembesi adalah pohon asli America. Ketinggiannya bisa mencapai 25 meter dengan diameter 3 meter. Karena postur besarnya, tumbuhan ini memang layak hidup di savana. Ah, jadi ingat film jaman dulu " Little house in a praire". Hehehehe...Tetapi, Trembesi bisa juga kok hidup di daerah tropis. 
    Dijuluki sebagai Pohon Hujan, karena air yang sering menetes dari tajuknya, yang disebabkan ia punya kekuatan besar untuk menyerap air dari tanah. Daunnya sangat sensitif terhadap cahaya dan menutup secara bersamaan dalam cuaca mendung atau hujan. Tujuannya, supaya air hujan bisa langsung masuk ke tanah, tanpa susah-susah melewati kanopi trembesi. Kehebatan yang lain, pohon ini mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa. Bahkan, menurut Endes N Dahlan, peneliti dari Fakultas Kehutanan IPB, Trembesi memiliki kemampuan menyerap CO2 28,5 ton per tahun. Angka ini terbesar dari 43 pohon yang diteliti. Pohon biasa hanya bisa menyerap 1 ton saja. Wuih!
    Akarnya juga sangat kokoh, nggak mudah tumbang, meskipun ada angin kencang. Satu pohon Trembesi, konon bisa menurunkan suhu disekitar hingga empat derajat celcius.
   Hm...saya jadi berpikir, pasti kita menjadi seseorang yang cantik, kalau kita bisa belajar dari pohon Trembesi. Kita akan hidup dengan tujuan bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk membagikan manfaat yang ada bagi orang lain. Meski di sekitar kita banyak pengaruh buruk, banyak tawaran untuk menjadikan energi dalam tubuh kita negatif, banyak hal yang bisa membuat pikiran kita penuh keinginan untuk mencela, mencari aib teman. Tetapi, Trembesi mengajarkan kita untuk tidak terpengaruh dengan hal buruk itu. Trembesi mengajarkan, jika kita pula untuk mampu meredam emosi, mendamaikan lingkungan kita.      Dari pada iri dengan kelebihan orang lain, sesama perempuan, mending kita berdoa agar teman kita itu selalu sukses dan nggak lupa dengan kita. Dari pada sibuk mengomentari penampilan baru teman sesama perempuan, yang notabene, mendapat perhatian ekstra dari rekan lain, mending kita belajar, apa yang membuat dia "menarik". Dari pada ngomel dengan kita yang begini-begini aja, kenapa nggak mencoba untuk menggali potensi dan membagi kemampuan kita untuk orang lain. 
   Jadi perempuan, biar kata orang kita kudu kalem, ayu, anggun, tetapi tetep dong kita kudu tangguh, nggak cengeng, nggak manja. Boleh siih sesekali manja, sesekali cengeng. Dengan alasan kita "perempuan berhati lembut". Tapi please, jangan sampai kita keblablasan hingga membuat kita punya predikat "Drama Queen". Seperti Trembesi, memiliki akar dan batang tangguh, tetapi daunnya sensitif. Semoga kita juga sensitif (nggak over sensitif,ye) terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. 
   Ah, gampang banget saya bilangnya. Iyaa...gampang! saya sadar, untuk menjadi perempuan yang seperti itu, susahnya amit-amit. Tetapi, masak sih, kita nggak mau jadi perempuan yang lebih baik dari hari ke hari? Yuk! paksa diri kita untuk berubah menjadi lebih baik! 
  Buat ibu kita bangga, sudah melahirkan kita, perempuan yang bermanfaat untuk sesama, peduli pada sekitar. Tak melulu sadar diri, tetapi juga sadar orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar