Kamis, 23 Agustus 2012

LEBARAN SELESAI = MAAF PUN USAI ?

Maafin yaa
Masih mengoar aroma Lebaran,yaa....Jadi, rasanya belum terlambat jika saya ucapkan Mohon Maaf Lahir Bathin. Tak ada pertemanan yang sempurna. Pastilah ada salah ucap maupun polah. Jadi, saya BERUSAHA untuk Mohon Maaf. 

Saya sengaja menulis kata ' berusaha ' dengan huruf kapital semua. Karena ketika anda memaafkan saya pun, pastilah anda sedang BERUSAHA memaafkan saya.

Gampang nggak sih, memaafkan itu ? Ketika saya menulis ini pun, H+5 lebaran, saya masih berusaha untuk memaafkan. Saya ingat-ingat, siapa yang gampang saya maafkan, siapa pula yang agak susah saya maafkan. Hahaha.....Jujur, saya akui. Saya mengaku, karena saya merasa ternyata memaafkan itu susah. Kalau sekedar mengucapkan kata " Maaf, ya...Minal aidzin wal faidzin yaa..." plus cipika cipiki, itu mah anak kecil juga bisa. Tetapi ini, yang kita obrolkan adalah " MAAF ". Maaf, mean melupakan, melepaskan dendam, benci, iri. Tuhan memang memberikan pekerjaan berat untuk kita. Tetapi saya yakin, Tuhan pun menyiapkan hadiah besar jika kita melakukannya. Ya nggak ? ya nggak ?

Tuhan terlalu pintar, selalu memiliki alasan mengapa kita harus melakukan ini dan mengapa kita dilarang melakukan itu. Begitupun dengan memaafkan, melepaskan dendam, benci.

Penelitian yang dilakukan Mayo Clinic, mereka yang menyimpan benci, dendam, memiliki kecenderungan peningkatan tekanan darah, penyempitan pembuluh darah. Ketika kita menyimpan dendam, rasa iri, benci, susah memaafkan, sebetulnya kita sedang membuat metabolisme tubuh kita menjadi negative. Kelanjutannya adalah, sel-sel tubuh kita akan mengeluarkan hormon Kortisol. Konon, hormon ini di kenal sebagai HORMON STRESS. 
Bersamaan dengan keluarnya Kortisol yang berlebih, membuat sel-sel tubuh kita butuh oksigen. Termasuk juga sel-sel otot jantung. Kalau kebutuhan akan oksigen ini berlangsung terus menerus, kekentalan kepingan darah akan meningkat. Dan ini memicu pembekuan darah.

Ratih Ibrahim, Seorang psikolog berujar bahwa memaafkan itu butuh waktu. Yup ! saya sangat setuju. Saya pun pernah dengar Pak Ustad di tivi bilang, memaafkan itu sebetulnya untuk diri kita sendiri.Saya pun tak menyangkal. Meski untuk itu semua , proses memaafkan itu butuh proses. Dan itu yang sedang saya jalani sekarang.

Smoga, dengan usainya lebaran, proses pemaafan itu tak berhenti hanya di bibir saja. Semoga kita bisa. Sluuruuuuup......smoga kopi saya memberikan energi untuk memaafkan ;) ( gak ada hubungannya, yaa? maaaap )