Kamis, 03 Mei 2012

Jangan Mau Jadi Kartini Melempem

Bulan April baru saja lewat. Bulan dimana kita berkebaya dengan semangat. Smoga tak ada yang terlewat. Janji untuk jadi Kartini yang jauh lebih hebat.

Sepanjang April ini, dua kali saya mengikuti acara yang berbau-bau 'Peringatan Hari Kartini '. Dua kali pula saya mengenakan ' kebaya dan kain panjang'. Beberapa hari sebelum hari 'H', saya sudah bingung ...mau pake kebaya yang mana...bawahannya apa...kerudungnya pakai yang mana...

And i'm sure, that i am not alone. Anda pasti juga begitu. Tetapi smoga, kita tak cuma bersemangat mengenakan kebaya saja. Ada konsekuensi yang jauh lebih besar, jika kita tak mau dibilang mengerdilkan arti peringatan hari Kartini.

 

Bukan bermaksud sok gimana-gimana...Hei, i'm just an ordinary people. Tapi, saya cuma ingin membuat daftar rencana saya supaya saya nggak termasuk Kartini yang melempem. 

Saya mau nambah pinter. Pintar tentang agama, itu harus. Pintar dalam hal lainnya, termasuk lebih mengerti tentang kesehatan diri.  Berita meninggalnya perempuan hebat mantan menteri kesehatan, membuat saya mulai ancang - ancang untuk pap smear. Yea...emang sih, bukan kanker organ kewanitaan yang sudah menjemput Ibu mantan menkes. tetapi mendengar kata kanker, entahlah, selalu membuat saya langsung terhubung dengan ' kanker organ reproduksi '.Bagaimanapun, penyakit ini masih jadi momok buat kaum perempuan.
Saya mau jadi perempuan sehat. Biar saya bisa menjalankan semua rencana indah terkait proyek pribadi ataupun keluarga.

Saya mau nambah kepintaran terkait tehnologi. Saya nggak mau gaptek teyuuuss. Bayangkan, berapa usia kita saat ini, berapa usia kita saat anak-anak menjelang remaja, dewasa muda, dewasa....
Saya nggak mau jadi ibu yang gaptek, yang nggak bisa mengikuti tren yang sedang diikuti para teenager di masa mendatang. Kalau saya gaptek, tak akan ada yang mendampingi  teenager saya. Saya tak akan bisa menjadi ' filter dan benteng ' nya.

Saya mau nambah pintar...mau memompa semangat belajar. Belajar apa saja, termasuk urusan masak memasak. Suami saya baru saja sakit dan untuk recovery, saya harus menyediakan hidangan yang berasal dari dapur rumah. Bukan dari dapur resto ini itu atau warung ini itu. Saya harus pandai, kreatif menyajikan hidangan sehat.

Kartini, yang saya tahu, adalah perempuan  cerdas dengan kematangan jiwa yang tinggi. Kartini yang seperti diceritakan, adalah sosok perempuan yang selalu haus akan ilmu, selalu punya nyali untuk menambah wawasan. Perempuan yang dengan ujung penanya mampu mengubah persepsi masyarakat Eropa tentang perempuan Jawa.

Bagaimana cara kita bisa mengubah dunia ? Jangan bilang saya muluk !
Mengadopsi kata-kata Ibu Dewi Motik.....Saya akan mengubah dunia, dengan cara mengubah keluarga saya menjadi lebih baik. Untuk itu, Saya harus jadi perempuan yang mau mengubah diri saya pribadi menjadi lebih baik. Saya mau jadi perempuan pintar. Biar nggak malu-maluin Ibu Kartini.

Bagaimana dengan anda, sesama Kartini moderen ?
Gaya boleh Kalem,
Tapi otak jangan melempem