Rabu, 29 Agustus 2012

Harmonis, Bukan Sesuatu yang Muluk

Seorang teman yang datang dengan rambut basah, disapa teman yang lain. " Cie...yang abis dapat ' jatah' ". Mendengar komentar usil bin iseng itu, Si Rambut basah berseloroh. " Yaa...ampyunnn...kalo toh, dapet juga alhamdulillah. Boro-boro dapet. Sebulan sekali dapet sudah alhamdulillah banget, ciiiinnnn ". Tawa pun berderai. FYI, Si rambut basah ini sudah menjalani kehidupan berumah tangga - seingat saya - tiga belas tahun .

Permisi dan Maaf, jika kali ini topik tentang Sex saya angkat. Bicara tentang sex, erat kaitannya dengan perempuan. Tetapi sayangnya, masih banyak teman sesama perempuan yang ogah mencari tahu tentang ini. Tak bisa dipungkiri sebagian besar masih menganggapnya tabu. 

Agak miris, tetapi kita harus menyadari, bahwa penyebab kasus perceraian tertinggi, saya ambil data thn 2010, dari Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama - adalah Faktor Ekonomi dan kedua adalah, Ketidak harmonisan Pasutri - adanya WIL- selingkuh. 

Kesannya sepele. Komunikasi Suami istri. Tetapi dampaknya sama sekali tak sepele. Apa hubungannya antara komunikasi dan sex ?

Chang Goh Song Eng, penasehat di Reach Counselling, mengatakan ' adanya kekeringan dalam keintiman dan komunikasi, membuat sebuah rumah tangga rentan mengalami perselingkuhan. 

Saya tertarik dengan berita yang muncul di detik.health. Bahwa seringkali perempuan menjadikan sex sebagai hukuman. Ketika sang perempuan merasa kebutuhannya tak terpenuhi, ia pun ogah melayani pasangannya. Gak mood lah, males lah, capek lah. ' Tidak melayani ' pasangan, dijadikan senjata ampuh perempuan. Ironisnya, ternyata, pria tidak 'ngeh' dengan aksi protes ini. Nah....ujung-ujungnya, pria merasa tak lagi dibutuhkan. Mencarilah ia kepuasan di tempat lain. Siapa yang salah dan siapa yang benar serta siapa yang rugi ?
Tak perlulah memvonis siapa salah dan siapa benar.
Tulisan ini, sejatinya ingin mengajak sesama perempuan.....Ayo ! perbaiki hubungan komunikasi kita dengan pasangan. Termasuk untuk urusan ranjang ! Serius, deh.

Apakah 'tua nya usia pernikahan ' kita menjadi alasan untuk berkurangnya keharmonisan kita dan pasangan ? Apakah kalau usia pernikahan kita sudah lima tahun ke atas, maka urusan sex menjadi nomor ke seribu ?  Kita terlanjur menganggap ' wajar' jika tak lagi harmonis, ketika usia pernikahan sudah di atas lima tahun.
OH, Please...jangan deh. Selalu ingat...bahwa ketidak harmonisan kita dengan pasangan, akan sangat berdampak pada perkembangan anak-anak. Ini pun, sumpah serius .

Sebagian dari kita, para perempuan, merasa enggan ber - ML ria. Well....jika fluktuasi hormon dijadikan kambing hitam, oke dyeh....meski sebetulnya itu termasuk alasan yang di ada-adakan. Please, sebaiknya kita tidak menyepelekan hubungan seksual. Menurut para peneliti dari Amerika, ketika perempuan mengalami orgasme, ketika itulah aliran darah menjadi lancar ke seluruh organ tubuh, termasuk ke otak. Rangsangan sexual secara teratur, dapat menyehatkan payudara. Lancarnya oksigen ke kulit pun, membuat kita bisa awet muda. Masih malas, buk ?? jangan laaah...Jika anda mengeluh, saya tak pernah orgasme. Halloooow......jadilah perempuan pintar. Cari penyelesaian bersama dokter ahli,. BUKAN mereka yang tak ahli :) .
Saya ingat, seorang rekan memberi nasehat. Kalau ingin pintar, bersahabatlah dengan  dokter anak dan dokter kandungan.
Saya sadur quote dari seorang teman, " Sex is not everything . But without sex, everything is nothing ". Hahahahaha....
bukan bermaksud sok pintar atau gimana-gimana....saya pun sedang melecut diri untuk terus membuat hubungan dengan pasangan tetap indah.
Tidak ada rumah tangga yang sempurna. Tetapi jangan deh dijadikan alasan untuk kita tak berupaya menjadikan rumah tangga kita menuju sempurna. 
Satu hal yang saya percayai, segala urusan kita dan pasangan, selesaikanlah berdua. Banyak sekali informasi tentang tips menjaga pernikahan tetap indah. Keharmonisan rumah tangga bukan sesuatu yang muluk, jika kita mau belajar.
Tak banyak saran dari saya, tetapi : 5 menit pertama setelah kita bangun tidur dan berdoa, rapatkan badan kita padanya atau cukup rapatkan jemari kita pada jemari pasangan . Silahkan mencoba. 


LOVE U ALL

Kamis, 23 Agustus 2012

LEBARAN SELESAI = MAAF PUN USAI ?

Maafin yaa
Masih mengoar aroma Lebaran,yaa....Jadi, rasanya belum terlambat jika saya ucapkan Mohon Maaf Lahir Bathin. Tak ada pertemanan yang sempurna. Pastilah ada salah ucap maupun polah. Jadi, saya BERUSAHA untuk Mohon Maaf. 

Saya sengaja menulis kata ' berusaha ' dengan huruf kapital semua. Karena ketika anda memaafkan saya pun, pastilah anda sedang BERUSAHA memaafkan saya.

Gampang nggak sih, memaafkan itu ? Ketika saya menulis ini pun, H+5 lebaran, saya masih berusaha untuk memaafkan. Saya ingat-ingat, siapa yang gampang saya maafkan, siapa pula yang agak susah saya maafkan. Hahaha.....Jujur, saya akui. Saya mengaku, karena saya merasa ternyata memaafkan itu susah. Kalau sekedar mengucapkan kata " Maaf, ya...Minal aidzin wal faidzin yaa..." plus cipika cipiki, itu mah anak kecil juga bisa. Tetapi ini, yang kita obrolkan adalah " MAAF ". Maaf, mean melupakan, melepaskan dendam, benci, iri. Tuhan memang memberikan pekerjaan berat untuk kita. Tetapi saya yakin, Tuhan pun menyiapkan hadiah besar jika kita melakukannya. Ya nggak ? ya nggak ?

Tuhan terlalu pintar, selalu memiliki alasan mengapa kita harus melakukan ini dan mengapa kita dilarang melakukan itu. Begitupun dengan memaafkan, melepaskan dendam, benci.

Penelitian yang dilakukan Mayo Clinic, mereka yang menyimpan benci, dendam, memiliki kecenderungan peningkatan tekanan darah, penyempitan pembuluh darah. Ketika kita menyimpan dendam, rasa iri, benci, susah memaafkan, sebetulnya kita sedang membuat metabolisme tubuh kita menjadi negative. Kelanjutannya adalah, sel-sel tubuh kita akan mengeluarkan hormon Kortisol. Konon, hormon ini di kenal sebagai HORMON STRESS. 
Bersamaan dengan keluarnya Kortisol yang berlebih, membuat sel-sel tubuh kita butuh oksigen. Termasuk juga sel-sel otot jantung. Kalau kebutuhan akan oksigen ini berlangsung terus menerus, kekentalan kepingan darah akan meningkat. Dan ini memicu pembekuan darah.

Ratih Ibrahim, Seorang psikolog berujar bahwa memaafkan itu butuh waktu. Yup ! saya sangat setuju. Saya pun pernah dengar Pak Ustad di tivi bilang, memaafkan itu sebetulnya untuk diri kita sendiri.Saya pun tak menyangkal. Meski untuk itu semua , proses memaafkan itu butuh proses. Dan itu yang sedang saya jalani sekarang.

Smoga, dengan usainya lebaran, proses pemaafan itu tak berhenti hanya di bibir saja. Semoga kita bisa. Sluuruuuuup......smoga kopi saya memberikan energi untuk memaafkan ;) ( gak ada hubungannya, yaa? maaaap )