Rabu, 16 Mei 2012

JUNIOR KECILKU, DI MANA KAMU ?


" Aduuuuhhh...aku absen deh kumpul-kumpulnya. Stress mikirin Doni. Minggu depan tuh dia ujian. E..sekarang malah enak-enakan nonton film. Alasannya ini film seru lah...bintangnya oke lah..huh ! "
" Sama aja ya..kalo anak kita ujian, eh..mamanya pusiiinggg...anaknya nyantai aja. Kukira cuma aku aja yang suntuk "
" Ye...anakku. Duh ! kemana-mana bawa blacberry nya. Pengen aja aku kalungin tuh bb. Biar mandi kek, ke wc kek, ngapainn aja biar ama bb. Nggak ngurus adik-adiknya. Ga tau apa emaknya sudah terkena cinderella syndrom akut begini "

Dan kami bertiga terbahak. Entah menertawakan siapa. Menertawakan teman samping kiri, kanan, atau bahkan diri sendiri.

Anak...oh...anak. Siapa bilang jadi ibu itu enak.
Badan capek, stres nya kuadrat
Tapi jangan salah, pahalanya dunia akhirat
Jadi..berbahagialah wahai para emak


Teman saya pernah mengaku, " Anak kamu begitu juga, nggak ? kayaknya sejak ulang tahun ke sebelas, aku tuh seperti nggak ngenalin dia lagi. Bawaannya murung mlulu. Kalau didekatin aja, udah ngomel-ngomel "
Dan tentu saja, saya jawab , " SAMA "

Suasana peralihan dari anak menuju remaja awal memang seringkali menyulitkan. Saya sih bukan ahli psikolog atau agama atau apalah. Tapi, dari obrolan sana sini, baca ini itu, dengar seminar atau talk show ini itu , yaa...ada sih sedikit modal untuk berbagi.

Kita mesti sadar, memang secara fisiologis , anak kita itu berubah. Hormonnya udah mulai 'main', nih. Konsekuensinya, banyak...meliputi fisik, sosial, kognitif dan emosional. Perkembangan kognisi remaja, membuat si junior kita berpikir secara abstrak dan kompleks. Mereka berpikir, bahwa mereka mampu mengambil keputusan sendiri. Perkembangan sosial, membuat si junior kita memiliki keinginan untuk lepas dari keluarga dan bersatu dengan teman sebayanya. Perkembangan emosi membuat si junior kita lebih sensi, lebih reaktif, mood nya gampang banget  swing.

Ituuuuu...dulu deh yang harus kita sadari. Kita dulu juga begituuuu kaleee...kitanya aja yang nggak nyadar.

Ngeri...takut ...bingung...bolehlah. Tapi sebaiknya nggak panik. Sharing dengan sesama teman yang memiliki abg ( kali juga abg alay bin narsis ) akan lebih baik.

Kalo dari obrolan sesama teman senasib, ada banyak hal yang harus diperhatikan ngadepin abg di haree gini.
  • Si Junior kita, yang udah Sok gede tadi...paling nggak suka kalau kita " SOK TAHU ". Meskipun kita , para ibu cantik, punya prinsip " Only Mom knows about u ". Tapi please...buat ngerebut hati junior kita, mending kita nggak sok tau deh. Kalau kita ' Sok Tau ', ujung-ujungnya pastilah kita jadi ' Tukang Kritik '.
  • Si Junior kita butuh DIDENGAR. Kalau merujuk kamus bahasa , mendengar ini bukan pekerjaan pasif. Mendengar adalah pekerjaan aktif, yang melibatkan lebih banyak komunikasi Non Verbal di banding Verbal. Artinya gini....ketika mendengar, harusnya kita ' Hadir ' dengan cara, menatap matanya, mengangguk jika diperlukan, mengerutkan kening sebagai tanda ingin tahu dan menghargai dia. Bukannya kita mendengarkan sambil baca buku, atau cuci piring. Oh..GOD...lupain dulu deh Multi tasking nya kita. :)
  • Protektif, adalah penyakit umum para orang tua. Saya juga kadang begitu. Tapi...ayo deh, kita belajar memberikan kepercayaan pada Si Junior kita.

Mudah ? Nggak ! beneran nggak ! Sumpah , NGGAK. Literatur manapun yang saya baca, psikolog manapun yang saya kenal, teman-teman sesama ibu...nggak ada yang bilang bahwa menjadi ibu dan orang tua itu gampang. Tetapi, sungguh ALLAH satu-satunya tempat bersandar paling baik yang siap siaga kapanpun membantu kita. Membuat kita kuat.

Saya ingat pada satu pembicara di sebuah pertemuan kecil. Bu Nia ( Besok deh saya nanya nama lengkapnya ) ...pengajar di SD Bina Insani,  Satu kalimatnya yang meresap , "  Jadi ibu itu harus cerdas. Siapkan anak bukan untuk masa sekarang. Tapi siapkan untuk tiga puluh tahun ke depan. Saat itu, kita nggak tau ada dimana kita. Tetapi saat itulah, anak-anak kita adalah para pemimpin. Kalau kita sebagai ibu nggak cerdas, kita akan susah sendiri ".

Suatu saat ketika bertemu Bunda Neno Warisman , ada satu kalimat beliau yang sampai sekarang bikin saya merinding,  saat itu, saya ( beneran nih ) sampai nangis dan memeluk beliau sambil ngaku, " Bun, saya sering marahin  anak saya ". Kalimat beliau kira-kira seperti ini,  " Hargai anak anda. Terutama di usia sepuluh sampai tujuh belas. Remaja, yaa itu. Anggap dia sebagai manusia utuh. Bukan seorang anak kecil. Percaya padanya, jadilah matahari. Menyinari, tanpa menuntut. Kasihi dia, jangan harap dia memberi balasan baik. Tetapi doakan dia, agar dia menjadi anak soleh dan soleha ".

Teman, sesama Ibu...sesama Perempuan...Smoga ini bisa memberikan inspirasi. Kita dampingi Si Junior kita, junior yang dulunya ' anak kecil ' itu sekarang sudah berubah. Dampingi, dengan niat ibadah. Insya Allah...Allah memudahkan jalan kita. Mari kita belajar.

Kamis, 03 Mei 2012

Jangan Mau Jadi Kartini Melempem

Bulan April baru saja lewat. Bulan dimana kita berkebaya dengan semangat. Smoga tak ada yang terlewat. Janji untuk jadi Kartini yang jauh lebih hebat.

Sepanjang April ini, dua kali saya mengikuti acara yang berbau-bau 'Peringatan Hari Kartini '. Dua kali pula saya mengenakan ' kebaya dan kain panjang'. Beberapa hari sebelum hari 'H', saya sudah bingung ...mau pake kebaya yang mana...bawahannya apa...kerudungnya pakai yang mana...

And i'm sure, that i am not alone. Anda pasti juga begitu. Tetapi smoga, kita tak cuma bersemangat mengenakan kebaya saja. Ada konsekuensi yang jauh lebih besar, jika kita tak mau dibilang mengerdilkan arti peringatan hari Kartini.

 

Bukan bermaksud sok gimana-gimana...Hei, i'm just an ordinary people. Tapi, saya cuma ingin membuat daftar rencana saya supaya saya nggak termasuk Kartini yang melempem. 

Saya mau nambah pinter. Pintar tentang agama, itu harus. Pintar dalam hal lainnya, termasuk lebih mengerti tentang kesehatan diri.  Berita meninggalnya perempuan hebat mantan menteri kesehatan, membuat saya mulai ancang - ancang untuk pap smear. Yea...emang sih, bukan kanker organ kewanitaan yang sudah menjemput Ibu mantan menkes. tetapi mendengar kata kanker, entahlah, selalu membuat saya langsung terhubung dengan ' kanker organ reproduksi '.Bagaimanapun, penyakit ini masih jadi momok buat kaum perempuan.
Saya mau jadi perempuan sehat. Biar saya bisa menjalankan semua rencana indah terkait proyek pribadi ataupun keluarga.

Saya mau nambah kepintaran terkait tehnologi. Saya nggak mau gaptek teyuuuss. Bayangkan, berapa usia kita saat ini, berapa usia kita saat anak-anak menjelang remaja, dewasa muda, dewasa....
Saya nggak mau jadi ibu yang gaptek, yang nggak bisa mengikuti tren yang sedang diikuti para teenager di masa mendatang. Kalau saya gaptek, tak akan ada yang mendampingi  teenager saya. Saya tak akan bisa menjadi ' filter dan benteng ' nya.

Saya mau nambah pintar...mau memompa semangat belajar. Belajar apa saja, termasuk urusan masak memasak. Suami saya baru saja sakit dan untuk recovery, saya harus menyediakan hidangan yang berasal dari dapur rumah. Bukan dari dapur resto ini itu atau warung ini itu. Saya harus pandai, kreatif menyajikan hidangan sehat.

Kartini, yang saya tahu, adalah perempuan  cerdas dengan kematangan jiwa yang tinggi. Kartini yang seperti diceritakan, adalah sosok perempuan yang selalu haus akan ilmu, selalu punya nyali untuk menambah wawasan. Perempuan yang dengan ujung penanya mampu mengubah persepsi masyarakat Eropa tentang perempuan Jawa.

Bagaimana cara kita bisa mengubah dunia ? Jangan bilang saya muluk !
Mengadopsi kata-kata Ibu Dewi Motik.....Saya akan mengubah dunia, dengan cara mengubah keluarga saya menjadi lebih baik. Untuk itu, Saya harus jadi perempuan yang mau mengubah diri saya pribadi menjadi lebih baik. Saya mau jadi perempuan pintar. Biar nggak malu-maluin Ibu Kartini.

Bagaimana dengan anda, sesama Kartini moderen ?
Gaya boleh Kalem,
Tapi otak jangan melempem