Kamis, 24 November 2011

SHOPAKHOLIC, bikin kanker !


Senang rasanya ketika menerima paket dari hasil buruan belanja on line . Biasanya setelah puas, saya langsung search lagi mencari barang-barang yang ( mungkin..... ) besok-besok saya perlukan. Hehehe....jangan bilang saya ' perempuan gak cerdas ', karena sudah berbelanja tanpa memperhitungkan ke'rasional'an. Membeli sesuatu bukan karena faktor need . Hm...aslinya saya nggak begini kok. Tetapi sekali-sekali boleh kan.....

Tentu saja hal yang saya bilang ' boleh kan...' ini, mendapat serangan balik dari suami. Suami saya yang kebetulan berkarir di perbankan, akhirnya berceloteh tentang A sampai Z seputar pentingnya menahan diri. Bener sih....apa yang dia bilang. Jangan jadi konsumtif dan gampang tergiur. Konsumtivisme, bisa sepele tetapi akibatnya bisa gede.

well....okay....
bicara tentang shopaholic, ah...saya juga nggak ngerti bagaimana bisa perempuan dikaitkan sangat erat dengan label shopakholic, miss jinjing, miss mall dll. Kenapa tidak ada Mr. Jinjing, Mr. Mall atau Mr. Bengkel ( ada kaannn para pria yang kalap belanja seputar otomotif )

Yang jelas, saya kok belum menemukan kaitan secara teori, adakah hormon yang menyeb abkan seorang perempuan cenderung suka belanja.
Pada kenyataannya, ternyata pria pun bisa mengalami hal yang sama. Pernah nggak ngamatin bahwa pasangan kita pun suka berburu diskon. Ada lhooo pasangan teman saya rela berbelanja beberapa item di beberapa supermarket. Minyak beli di sini, diapers beli di sana...lantaran mengejar ' Harga Promo '. Yang...kalau dipikir-pikir akan imbas dengan biaya bbm dan parkir.

Saya amati juga, suami saya...kayaknya juga shopaholic dech. Kalau kebetulan lagi tugas di luar negeri misalnya, pastilah membeli beberapa gadget yang....belum tentu kami pakai. Alasannya...siapa tahu nanti butuh. Mumpung murah ( senyum. mode.on )

Saya pikir, sesekali terjebak dalam kesenangan berburu barang diskon,

Tetapi bicara tentang shopakholic, tentu saja kita harus hati-hati. Karena shopakholic ini sebetulnya sudah masuk dalam ranah " Penyimpangan -obsesif - kompulsif " yang harus mendapat bantuan dari psikolog. Penderita shopakholic sebetulnya sadar bahwa tindakannya irrasional, tetapi ia sendiri tidak bisa mengontrol kebiasaan itu.

Memang ironisnya, 90 % penderita shopakholik itu adalah perempuan. Tetapi belum ada penelitian yang menyatakan bahwa gangguan ini tidak bisa menyerang pria. Karena pada kenyataannya, pria pun bisa mengalaminya. Bedanya adalah pada item yang mereka beli. Perempuan cenderung membeli fashion, dan pria cenderung membeli barang elektronik. Penderita shopakholic, biasanya terjadi karena ada persepsi ' HUMAN HAVING ", menilai seseorang atas apa yang dimiliki. Shopakholic juga dikarenakan adanya gangguan komsutivisme, kerancuan memillah antara kebutuhan dan keinginan.

Menurut Klinik Servo, Shopakholic kalau tidak diatasi, bisa menyebabkan hal-hal buruk, mulai dari kebangkrutan ( ya iyalah...), rusaknya rumah tangga, korupsi, mencuri sampai bunuh diri. ( Wao... )

bisa sembuhkah ? bisa ! asal ada kemauan. Sama seperti gangguan addict yang lainnya.
Coba sekarang instropeksi diri...apakah kita mulai keranjingan belanja, lebih menyelesaikan satu masalah dengan ' shopping ' atau tidak...kalau iya, lampu merah nih !!

Hehehe...saya sekarang lagi mexican caffee akholic. Lagi demeeennnn banget dengan Mexican Caffee nya Holland bakery. ada yang mau ngirim ??