Kamis, 23 Mei 2013

TERNYATA ITU ' SESUATU '


Coco Chanel merasa ribet dan lelah harus mengepit tas pestanya. Ketika ia berjalan-jalan, jadi ingat tali rantai  yang digunakan pada tas para tentara . Ia pun mendesain tas pesta dengan tali yang terbuat dari rantai. Hingga akhirnya , tahun 1955 muncul tas koleksi Chanel yang akhirnya menjadi iconic bag dari Chanel. 
Pastilah ingat juga bagaimana seorang Levi Strauss terinspirasi seragam pekerja tambang, hingga memunculkan celana ' Levi's '. 
Seringkali kita nggak sadar, bahwa sesuatu yang kelihatannya remeh, sebetulnya adalah ' sesuatu '. 
Pernah nggak sih, kepikiran dan menyadari....bahwa remeh temeh itu ternyata, ' sesuatu '. Bahkan ternyata, ' hal remeh temeh ' itu mengantar pada satu kebahagiaan besar ?

Saya pernah dan juga baru  saja mengalaminya  ! Berawal dari sebuah ' peniti '.  Itu, benda yang menurut wikipedi, variasi dari jarum yang dilengkapi sebuah pegas sederhana dan cantelan. Benda kecil yang remeh kan ? Nggak kebayang aja kalau hidup saya pernah simpang siur ( kumat lebaynya ) dan sekaligus bahagia tiada tara gara-gara ' peniti '.
Detik-detik keberangkatan menuju tempat acara dimana saya harus nge mc, kancing baju copot. Jelas, dong...saya anti datang dengan penampilan yang nggak prima  ( apalagi kata my BFF saya ini agak-agak mendekati parah perfectionisnya ). Akhirnya, saya teguhkan hati membeli peniti. Dimana yaaaa saya bisa mendapatkan benda remeh itu ? Benda remeh yang ternyata bisa mempengaruhi pede meter saya.  Di toserba dengan huruf depan ' I ' nggak ada. Yang huruf depannya ' A ' juga nggak ada. Nyari toko kancing, aduh..ternyata jaman sekarang agak susah ya cari toko kancing. Ampunn...
Akhirnya toh ketemu juga setelah nyamperin toko kebutuhan pesta macam kotak2 kue, plastik pembungkus dll. Dan...itu butuh waktu SATU JAM ! Dan...saya terlambat ! Meski akhirnya penampilan saya  ( ehem...seperti biasa ) tetap, memukau , toh di akhir acara panitia berkomentar , " Yang besok jangan telat yaa...bikin jantungan tau nggak ? '
Sejak itu saya berjanji , akan bawa PENITI...kemanapun saya pergi...apapun acaranya...
Beberapa hari yang lalu, saat disebuah acara saya diundang untuk menjadi ( ehem...naik pangkat ) sebagai pembicara, kejadian menguntungkan gara-gara  PENITI terjadi.
Beberapa hari sebelum hari H, saya tuh penasaran banget dengan pembicara lain yang juga diundang diacara itu,  yang konon, adalah seseorang senior, sesepuh di satu kota . Penasaran dooooong seperti apa sih orangnya. 
Begitu ketemu, aduh...muka-muka sombong dan judeslah yang saya dapetin. Agak sebel aja sih karena saya merasa sedang diremehin. Saya mungkin dianggap ' anak kemaren sore ' sebagai pembicara. 
Begitu acara akan dimulai, saya ijin ke toilet dulu. Eh, Si Ibu muka sombong   ( IMS  )  itu ternyata ikutan juga ke toilet. Prahara terjadi dalam kehidupannya ketika kancing bajunya copot. Catat, copot sodara-sodara....Disitulah PENITI saya beraksi. Saya tawarkan peniti saya, Si IMS itu aduuuuhh....terima kasih buwanget atas kebaikan hati saya yang bak dewi...
Hingga akhirnya, usai acara itu, IMS itu pun menawarkan job lain untuk saya.
See....  dari sekedar PENITI.
Kesimpulannya, ' Jangan remehkan PENITI '. Qeqeqeqeq.....nggak laahh....nggak begitu.
Intinya, Yuk belajar menghargai sesuatu, bagaimanapun remeh atau kecilnya sesuatu itu 
 ( kenapa saya jadi suka ngomong ' sesuatu ' ya ? ). 
Sama seperti Tuhan menciptakan hal-hal remeh temeh yang sebetulnya membuat otak kita berpikir. Kenapa juga harus ada tahi lalat ? kenapa juga diciptakan kecoak ? binatang kecil yang rasanya gak ada fungsi-fungsinya sama sekali.  Ah, ilmu kita nggak akan sampai deh kalau mikirin  ciptaan Tuhan yang lainnyaa. Taapi...akhirnya , paling tidak , saya sadar, kecoak membuat kita rajin melihara dan menjaga tubuh kita. " Masak kalah ama kecoak ? Sayapnya kinclong begitu ? masak kita yang manusia kalah kinclong ? " 
Udah, ah...mau mandi. Thanks for read this . 


Kamis, 16 Mei 2013

JANGAN KATA KITA ' PALING TER...'

" Selamat Pagi, Mbak...Saya Radith "
" Pagi juga, Radith. Apa nih, yang mendorongmu untuk ikutan acara Duta Anti Narkoba ? Apa sih kelebihanmu sehingga menurutmu kami harus memilihmu ? "
Detik berikutnya, cowok tak terlalu ganteng berusia tujuh belas tahun itu , dengan rahang nyaris persegi  , membuat saya terpukau..kau...kau...kau...( Lebay efek sangat terpukau )
Dengan santai, lancar, tenang meski terkadang nampak sedikit grogi....Radith menjelentrehkan alasannya mengikuti satu ajang pemilihan Duta di salah satu kota di Jawa Timur. Kebetulan, saya terlibat dalam sesi penjurian. Cara Radith berbicara, membuat saya lupa kalau dia tuh masih belasan tahun. Saya langsung membathin, Radith pantas jadi juara. Saya ingat-ingat, diusia yang sama dengan Radith, cara bicara saya belumlah sejago dia. Sudah punya ' Gaya '.
Pada kesempatan lain, ketika saya bergabung dengan klub Yoga, saya sangat takjub dengan kelenturan tubuh guru Yoga saya. Sepanjang satu jam , bathin saya nggak berhenti untuk memuji. Gila yaa tuh orang. Bisa begitu darimana ? 

Saya juga sangat...sangat...iri dengan satu guru tari tradisional anak saya. Ya ampun, saya bisa bilang kalau saya seperti terhipnotis dengan gerakan tari yang dibawakannya. Liuk tubuhnya gemulai, sesekali tegas. Gerakannya berkelas banget deh. Ujung-ujungnya saya tahu, Si guru itu juga menciptakan ragam tarian lain dan beberapa kali menyabet juara tingkat nasional, bahkan puluhan kali melanglang ke manca negara, ' hanya gara-gara ' menari. Ah, harusnya saya tak menggunakan kata-kata ' hanya gara-gara ' ya...

Dan malam ini saya berpikir....betapa banyak teman-teman, tanpa mengenal usia, yang muda seperti Radith, atau bahkan kenalan baru saya, seorang kakek berusia 73 tahun yang ahli dalam bidang pengobatan alternatif dengan cara terapi listrik - betapa banyak dari mereka yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan apa yang saya geluti.  Saya mungkin bisa berbangga diri karena saya jago dalam hal tertentu . Tetapi saya jadi merasa kerdil di depan guru yoga, guru tari, atau bahkan di depan anak remaja. 

Betapa kita sama sekali nggak boleh menilai rendah atau kecil seseorang. Karena mereka pastilah memiliki kemampuan dalam satu bidang yang kita belum tentu bisa. 
Setuju ? 
Saya pengen belajar lebih menghargai orang lain . Doain yaa...saya bisa